Dua sahabat saya menyambut orang baru dalam hidup mereka dua minggu ini, seorang lagi awal bulan depan. Mereka buat saya rasa sungguh-sungguh tua.
Sungguh-sungguh sekarang saya rasa cukup dengan apa yang ada. Tempoh hari di Melbourne, bercakap-cakap tentang virus H1N1, saya tertanya-tanya pada diri sendiri - 'if I die, would I die a happy woman?'.
Memang benar ia soalan falsafah yang cukup besar, tapi buat masa ini, saya rasa saya sudah ada jawapannya.
Susah rasanya untuk tak berasa takut bila berfikir tentang masa depan, tentang apa yang bakal dan perlu saya buat, apa yang saya boleh dan mampu kecapi. Tapi dalam masa yang sama, saya mahu percaya dengan janji Tuhan, dan percaya dengan manusia-manusia agung di sekeliling saya.
Kadang-kadang, saya fikir kita ini terlalu cepat mahu mengejar satu-satu hal dalam hidup. As if life is a succession of achieving things. Apa salahnya tak mempunyai sesuatu, apa salahnya gagal, apa salahnya mempunyai kecelaan dalam hidup.
Kalau hidup saya berakhir hari ini, adakah saya akan pergi dengan hati senang? Wallahua'lam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
The end
After nearly ten years, ati-the-reader.blogspot.com is now concluding its final chapter. The blog has been a definitive part of my life, an...
-
Even though I may not have realised it earlier, I think I gave up on religion a long time ago. There is something about assigning truth to...
-
" The golden rule...is resolutely to refuse to have what the millions cannot. " - Mahatma Gandhi Probably the image (and the phi...
-
Alexandra Levit was right when she was talking about how we might be taking our job for granted . ' Meaning is in the eye of beholder ...
No comments:
Post a Comment